728x90 AdSpace

  • Latest News

    Saturday, June 30, 2018

    Cewek pemakai Gelang Kaki

    makincrot.blogspot.my - Apakah kalau cewek pakai gelang kaki, artinya cewek tersebut nakal? Gelang di pergelangan kaki Friska menarik perhatiannya dari tadi. Dia teringat obrolan teman-temannya di dalam kelas beberapa waktu lalu. Katanya kalau cewek sudah nikah tapi pakai gelang kaki di kanan itu artinya swinger. Yang lain tidak tahu apa arti swinger. Jadi teman yang bilang pertama kali menjelaskan, swinger itu artinya sudah nikah tapi mau gituan sama orang lain. Tukaran suami/istri.

    Anak-anak SMA itu sebagian melongo, sebagian lagi tertawa-tawa nakal. Dari dalam mobil itu, pemandangan terlihat gelap keruh karena kaca filmnya sangat gelap. Kalau ada orang lewat, dia tidak akan bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Tapi di tempat parkir yang sepi itu orang jarang lewat. Cuma ada dia dan Friska di dalam mobil. Friska membaca SMS yang masuk ke ponsel yang dipegang tangan kanannya.
    “Suamiku nanya kapan pulang. Aku jawab sebentar lagi. Kalau kamu sebentar lagi apa masih lama…”
    “…crotnya?”

    Dia mengenal Friska sebagai sosok perempuan high class, jadi mendengar Friska berbicara seperti pelacur murahan membuat penisnya yang dipegang tangan kiri Friska jadi makin keras. Friska mulai mengocoknya lebih cepat sambil menaruh HP. Dia melihat kilatan cincin kawin di tangan kanan Friska. Dia mengulurkan tangan, mau menyentuh tubuh Friska, tapi Friska menampar tangan itu.
    “Aku bilang kan tadi, jangan pegang-pegang…” kata Friska.
    Friska berhenti mengocok, membungkuk, membuka bibir merahnya, menjulurkan lidah. Setitik mani di lubang di kepala burung dijilatnya.
    “Kalau berani coba pegang lagi…” Friska menggenggam lagi HP-nya,
    “aku telpon suamiku, terus kubilang aku mau diperkosa sama kamu. Suamiku kenal polisi, dan tau kamu itu siapa. Ngerti, Irzan?”
    Dia, Irzan, menjawab dengan anggukan. Biarpun laki-laki, sebagai anak SMA wibawanya kalah dengan perempuan ini. Baru kali ini dia merasa terangsang sekaligus gentar.
    “Bagus,” kata Friska dengan puas sambil mulai mengocok lagi.
    “Kamu baru boleh nyentuh aku kalau kusuruh.” Dia lalu mengangkat tangan kanan ke depan mulut, memonyongkan sepasang bibirnya yang merah basah, dan meludah ke telapak tangannya.
    “Cuh!” Friska kembali mengocok penis Irzan.
    Terdengar bunyi becek dan Irzan merasa ada tekanan yang mulai terbentuk di dalam buah pelirnya. Dan dia cuma bisa bengong. Bengong melihat Friska memasturbasinya dengan tangan dan mulut Friska yang dekat sekali dari kejantanannya. Dan bibir indah itu pindah ke atas penisnya…
    Friska menjilat lagi mani yang menitik. Sambil terus mengocok.
    “Kita nggak punya banyak waktu, sebentar lagi Faisal datang ke sini. Jadi aku mau tanya langsung. Kamu mau masukin kontolmu ke dalam mulutku nggak?”
    Irzan kaget mendengar santainya Friska menanyakan itu. Dia menjawab terbata-bata,
    “I-i-iya.”
    Tampaknya Friska suka jawaban itu. Dia bangkit dan mendekatkan bibirnya ke telinga Irzan. Irzan merasakan nafas hangat Friska di telinganya selagi Friska berkata nakal,
    “Itu yang kamu bayangin ya Irzan? Kalau kamu ke rumahku buat ketemu Faisal? Pengen kusentuh kayak gini? Kontolmu dikocokin?” Irzan mengangguk, memang itu yang ada di dalam pikirannya sejak dia pertama kali bertemu kakak temannya itu. Friska adalah kakaknya Faisal, teman sekolahnya. Masih muda, baru 27.
    “Kamu pengen aku tempelin bibirku ke titit kamu? Pengen aku nelen batang kamu?” desis Friska di telinga Irzan.
    Lagi-lagi Irzan cuma bisa mengangguk.
    “Jawab yang benar, Irzan!” perintah Friska.
    “Iya!” sembur Irzan.
    “Iya apa?”
    “Iya… Kak Friska, tolong isep kontolku!”
    “Bagus. Gitu dong kalo jadi cowok, tegas, bilang apa yang dimauin. Satu lagi pertanyaannya. Jam berapa sekarang?”
    “Heh? Kok nanya waktu?” Irzan bingung tapi dia otomatis berusaha mencari jawabannya.
    Di mobil pasti ada jam digital. Dia menengok ke arah jam digital di dashboard lalu membaca angka-angka di sana.
    “Jam setengah tigGAAAHH!??”

    Friska tak menunggu jawaban dan langsung melahap kemaluan Irzan yang sedang membaca jam. Irzan menjerit kaget dan langsung menoleh ke bawah. Dan dia melihat pemandangan paling menakjubkan sepanjang hidupnya. Kepala penisnya dijepit bibir merah seksi Friska. Friska melepasnya lagi dan meninggalkan bekas lipstik di sana. Lalu Friska memasukkannya lagi dalam mulut, kali ini sampai setengah batang. Bibirnya mencengkeram erat lalu mulutnya mundur lagi. Hasilnya adalah noda merah seputar batang basah Irzan.

    “Mmmh… enak nggak Irzan?” Friska bertanya sambil menatap Irzan. Jawabannya anggukan.
    Friska kembali ke bawah dan kali ini mengenyot salah satu buah pelir Irzan. Disedot lalu dilepas seperti diludahkan. Kembali lipstiknya tertinggal di sana. Lalu Friska mulai menjilati seluruh permukaan batang Irzan. Tangannya menggenggam pangkal batang itu dan dia mulai menyepong. Bibirnya masih merah menyala, turun menyusuri batang, makin lama makin dekat dengan pangkal. Jarinya yang menggenggam pangkal batang ternoda merah ketika bertemu bibir itu.

    Di jari yang lain, cincin kawin tampak berkilat menyilaukan mata Irzan. Kepala Friska naik turun memberi kenikmatan. Irzan jadi berpikir macam-macam. Posisinya benar-benar rawan. Celananya terbuka, dan kakak temannya sedang menyepong kemaluannya. Apa yang bakal terjadi kalau ada orang yang memergoki? Tapi Irzan juga merasa dia makin tak tahan. Birahinya sudah mau meluap. Dia sedikit lagi muncrat dalam mulut Friska, dan tidak ada lagi yang dipikirkannya! Dia mulai mendesah tak karuan.

    “Agh… aah… Ungh… Ga… Tahaan!”
    Dan tiba-tiba Friska meremas penisnya yang sudah mau menembak itu!
    “Mau apa kamu, Irzan??” tantangnya.
    “NGHH!! KAK!! MAU!! CROT!!” Irzan meracau karena sudah lepas kendali.
    “Ayo crot di dalam mulutku Irzan! Crot-in mukaku! Bikin aku mandi peju!” Lalu Friska menyepong dengan ganasnya.
    Dia memasukkan seluruh batang itu ke mulutnya, lalu naik turun dengan cepat”
    “Aym crof ff dalmf! Crfin knfolm!” Kata-kata Friska tak kedengaran jelas lagi karena dia berusaha ngomong dengan mulut penuh.
    “Ah! Ahh!! Kak! Aku! GA TAHANNN! DI DALAM!!” Mendadak gelora kenikmatan melanda dan Irzan merasakan senjatanya mulai menembak gencar di dalam mulut Friska.
    Seluruh tubuh Irzan sampai melengkung dan mengejang ketika semburan demi semburan memancar kuat. Friska sepertinya menelan semuanya.
    “NGGHHHAAA!!” jerit Irzan.

    Friska mencengkeram pantat Irzan dan malah mendesakkan penis Irzan lebih jauh ke mulutnya. Semburan peju Irzan sepertinya terlalu banyak dan Friska tak cukup cepat menelannya, sehingga sebagiannya mengalir keluar. Friska lalu malah melepas kemaluan Irzan dari mulutnya dan mengocoki batang yang sedang menembak-nembak itu sambil menyemangati.

    “Ya! Ayo crot lagi! Mandiin aku pake peju!”
    Dan 2 semburan berikutnya mendarat di wajahnya, lalu di rambutnya. Akhirnya semburan-semburan itu reda dan Friska menjilati sisa-sisa yang mengalir di batang Irzan. Cipratan peju ada di mana-mana, di wajah dan tangan Friska, termasuk di atas cincin kawinnya. Sesudah lega mengeluarkan simpanannya, Irzan menengok ke arah jam lagi. 15.00. Jam tiga! Dan Faisal sudah terlihat berjalan ke arah mobil bersama beberapa teman lain! Tapi Friska lebih gesit bertindak.

    “Ayo cepat pakai lagi celananya!” perintahnya, selagi dia sendiri menyambar tisu dan menyeka wajah.
    “Kalau sudah, cepat keluar!”

    Irzan buru-buru keluar dan bersembunyi. Tak lama kemudian Faisal, adik Friska, teman sekelasnya, sampai ke mobil Friska. Dari tempat persembunyiannya di balik semak, Irzan melihat Friska sudah bertingkah normal lagi. Dia melihat mobil itu pergi membawa Friska dan Faisal, lalu dia sendiri berjalan pulang. Di jalan, HP Irzan berbunyi. SMS. Dari Friska.

    “wiken ini jangan kemana-mana. jangan coli.”
    Irzan menelan ludah.
    Mundur sedikit ke belakang dalam waktu.
    Friska sebenarnya memang rada eksibisionis, jadi ketika Faisal adiknya mulai sering membawa teman-teman sekolahnya ke rumah, sisi eksibisionisnya terpancing. Meski belum tua-tua amat, Friska amat memperhatikan tubuhnya dan selalu merawat kecantikannya. Bukan demi suami; lebih karena dia sendiri menyukai kekaguman orang terhadap dirinya.

    Suatu hari, ketika teman-teman Faisal sedang ada di rumah, kebetulan Friska yang sedang hanya memakai kaos tanktop dan celana pendek mendekati mereka untuk menyuguhkan cemilan. Penampilannya itu membuat anak-anak SMA itu terdiam dari obrolan mereka dan melongo. Ketika Friska membungkuk untuk menaruh cemilan, dia melihat seorang teman Faisal yang berada di depannya tidak bisa tidak menatap dengan penuh nafsu ke arah buah dadanya yang menggantung di balik baju.

    Perempuan normal mestinya kaget dan marah tapi Friska merasa sesuatu yang beda. Dia malah berlama-lama membungkuk, memberi tontonan gratis kepada remaja itu. Dan dia memperhatikan, tanpa sadar tangan teman Faisal itu bergerak menyentuh selangkangan celananya sendiri. Sesudah selesai, Friska kembali ke kamarnya, mendapati kemaluannya basah karena terangsang, lalu bermasturbasi sampai orgasme. Teman Faisal itu adalah Irzan. Dan pengalaman pertama itu membuat Friska kecanduan, sehingga selanjutnya dia sering sengaja pamer tubuh kepada teman-teman Faisal. Suaminya biasanya tak di rumah ketika siang, jadi dia leluasa beraksi. Tiap dia melihat atau mendengar teman-teman Irzan sudah datang dan meramaikan rumah, cairan kewanitaannya terpancing mengalir.

    Lalu dia pun akan menuju lemari baju, memilih satu baju seksi yang mengumbar belahan dadanya atau paha mulusnya atau bagian lain tubuhnya. Tak lupa memakai make-up untuk menambah daya tariknya. Dan dia kemudian bakal mencari-cari alasan untuk berjalan ke tengah mereka, entah itu membawakan cemilan, minum, mengambil HP yang kebetulan ada di tempat mereka duduk, bicara dengan Faisal, atau semacamnya. Dia menikmati ketika ekspresi wajah mereka berubah mesum, lalu mereka terdiam malu-malu karena tak bisa menghindar dari memelototi keseksiannya.

    Sekali waktu, Friska berada di kamar saja, tidak menghampiri teman-teman Faisal. Tapi dia telanjang, duduk di depan meja rias dekat pintu, dan sengaja membuka pintu. Sebenarnya posisi pintu kamarnya tidak dekat dengan ruang tengah tempat Faisal dan teman-temannya biasa duduk, tapi kalau ada yang mau ke kamar mandi, pasti akan melewati pintu kamar Friska. Dari beberapa orang yang perlu ke kamar mandi, satu cukup iseng untuk mengintip ke celah pintu yang terbuka dan mendapat rezeki nomplok melihat tubuh telanjang Friska. Lagi-lagi, dia Irzan. Cukup lama Irzan berdiri termangu di depan pintu terbuka sampai Friska menengok ke arahnya, memergoki.

    Irzan yang ketahuan buru-buru kembali ke depan, diiringi tawa cekikikan puas Friska. Sesudahnya Friska menghampiri mereka dengan bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa, tapi dia sengaja memandangi Irzan dan melempar senyum mesum. Irzan serba salah. Malamnya Friska bercinta dengan suaminya sambil membayangkan teman-teman Faisal berdiri di seputar tempat tidur, menonton. Itu membuat dia orgasme duluan sebelum suaminya. Besok-besoknya, dia sempat menceletuk kepada teman-teman Faisal, terutama Irzan, bahwa dia sudah menganggap mereka adik-adiknya sendiri dan mereka

    “boleh mampir kapan saja” dan dia senang “bisa menghibur mereka”. Kata-kata bersayap, jaring yang ditebar. Mereka semua menyambut baik keramahan Friska itu. Tapi yang menanggapi serius hanya satu, Irzan.
    Kejadiannya dimulai pada suatu siang, ketika Irzan datang sendirian membawa sepeda motor ke rumah Faisal. Kebetulan Faisal pergi bersama teman-teman lain, tapi Irzan tidak tahu. Jadi dia hanya bertemu Friska.

    “Faisal barusan jalan main futsal sama yang lain,” kata Friska.
    “Mau nyusul?”
    “Nggak ah Kak, lagi males,” kata Irzan.
    “Yaudah, aku mau pulang aja ya.”
    “Eeeh tunggu, Irzan,” Friska menahan Irzan.
    “Kamu bawa motor kan? Kakak mau minta tolong boleh?”
    “Boleh Kak. Ada perlu apa nih?” Irzan sumringah.
    “Kakak sebenarnya mau ke salon, mau facial, tapi malas nyetir ke sana. Gimana kalau kamu yang nganterin Kakak ke sana pake motor?”
    “Apa sih yang ga bisa buat Kakak,” Irzan menggombal.
    “Kalau gitu tunggu sebentar ya.” Friska masuk kamar sebentar untuk bersiap, lalu keluar lagi.

    Dia mengenakan tanktop gombrong hitam dan celana pendek, lalu memakai jaket. Wajahnya tak dirias dan rambutnya digerai biasa. Lalu dia naik ke boncengan motor Irzan dan mereka berangkat. Sepanjang jalan Irzan tidak konsentrasi karena hidungnya diserang wangi tubuh dan parfum Friska yang terus merapat ke tubuhnya. Apalagi Friska tak segan-segan merangkul Irzan. Friska bilang Faisal baru mau pulang sore. Masih lama. Main futsal minimal 2 jam, belum istirahat makan-minum dan nongkrongnya. Dan Irzan terbuai nada suara Friska yang genit menggoda. Sampai di salon, Friska kemudian bertanya ke Irzan.

    “Mau pulang… apa kamu mau nungguin Kakak?”
    “…Aku tungguin aja deh kak, ga ada acara juga siang ini.”
    “Kamu baik deh. Nanti Kakak kasih hadiah~!” celetuk Friska genit sambil memasuki salon.
    Saat itu juga Irzan memperhatikan gelang kaki yang bergemerincing di pergelangan Friska.
    Salon yang didatangi Friska itu bukan salon kecil murahan. Menengah atas. Mungkin perawatan di sana bernilai ratusan ribu rupiah, pikir Irzan. Tidak heran, keluarga Faisal dan Friska tergolong mampu. Satu jam kemudian Friska keluar dari salon. Wajahnya kemerahan, bekas facial.
    “Lama ya nunggunya? Ayo kita pulang,” ajak Friska.

    Sepanjang perjalanan pulang, Irzan kembali merasa Friska merangkul erat tubuhnya. Dan rangkulannya… di perut. Seiring berjalannya motor, makin lama makin turun. Irzan terangsang dan ereksi. Mungkin Friska juga menyadari itu. Sesampainya di rumah, Friska meminta Irzan jangan langsung pergi. Faisal dan teman-teman yang lain belum muncul.

    “Ada yang mau Kakak tanya, tapi tunggu sebentar ya? Duduk aja dulu.”
    Irzan kemudian duduk sendirian di ruang tengah rumah besar itu, sementara Friska menghilang ke kamarnya. Tak lama kemudian Friska kembali lagi membawa beberapa barang tipis.
    “Kamu tahu ini apa kan?” Friska duduk di sebelah Irzan dan menunjukkan beberapa DVD yang sampulnya bergambar perempuan seksi.
    “Ehm… iya?” Irzan bingung.
    “Ini Kakak sita dari Faisal. Tapi dia bilang ini punya temannya. Punya kamu bukan?”
    “Bukan… Ga tau punya siapa. Punya Putra atau Endi kali’?” kata Irzan. “Yang paling suka beginian tuh anak dua.”
    “Udah mulai nakal ya kalian… Emangnya apa sih yang ditonton dari filem kayak gini? Kakak pengen tau. Ayo kita lihat.”
    “Hah? Eh tapi Kak Friska…”

    Sebelum Irzan bereaksi, Friska sudah menyalakan DVD player dan memasukkan salah satu DVD porno itu. Sebenarnya DVD itu bukan diambil dari Faisal, melainkan koleksi Friska dan suaminya. Friska memang mau mengerjai Irzan. Irzan mau bangun untuk pergi, tapi Friska memegangi lengannya. Jadilah dia terpaksa ikut menyaksikan. Irzan sendiri belum pernah melihat film porno yang sedang tayang di layar TV itu, walaupun dia sudah familiar dengan materi pornografi.
    “Waah, ternyata kalian sukanya yang kayak gini yaa… Yang ceweknya lebih tua?”
    Film yang ditayangkan memang berskenario seperti itu, aktris pornonya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menggoda teman anaknya. Meski tidak muda, si aktris tetap tampak glamor dan seksi dengan rambut pirang, kalung mutiara, bra berenda, dan lipstik pink tebal. Dan Irzan baru memperhatikan bahwa bibir Friska sudah bersaput lipstik pink juga. Di TV, bibir berwarna sama sedang mengulum penis. Irzan merasa kemaluannya sendiri mengeras dan… digerayangi.

    “Hmmm…” gumam Friska.
    “Kok ini jadi keras…? Gara-gara nonton itu ya?”
    “Uhhh… Kak…” Irzan tidak berani berbuat apa-apa ketika Friska membuka resleting celananya.
    Tangan Friska terus beraksi menurunkan celana dalamnya dan akhirnya kulit bertemu kulit, tangan bertemu batang. Irzan seperti kesetrum ketika merasakan itu. Elusan tangan Friska menggodanya.
    “Dasar cowok… Zan, kamu pernah coli nggak~?” tanya Friska nakal.
    “Ngh… per… nah…” Irzan menjawab sambil menahan nafsu. Friska terus menggodanya.
    “Kalau dicoli’in?”
    “Be… bel… lum…”
    Tayangan film porno menampilkan si aktris menerima ejakulasi lawan mainnya di wajah.

    “Kamu lihat kan… tuh dia dicoli’in sama ibunya temennya… Tante-tante aja bisa bikin ngaceng kayak gitu… Kamu ngaceng juga ngelihat dia?…”
    Irzan sudah meracau tak jelas.
    “Kamu ngaceng ngelihat aku?”
    “NGHHH!!” Jawabannya adalah semburan mani yang hebat dari kejantanan Irzan.
    Irzan jelas merasa keenakan dengan orgasme itu. Sekaligus bingung dan sedikit takut. Tapi yang terlihat lebih puas adalah Friska.
    “Iihh. Banyak dan kentel peju kamu. Pasti udah lama gak crot.”
    Irzan cuma melongo bego. Friska memain-mainkan cairan kental yang mengotori jarinya itu, bahkan menjilatnya.

    “Enak?” tanya Friska.
    “Iiyah,” jawab Irzan pendek.
    “Mau lagi?”
    “…” Irzan tidak berani menjawab yang itu.
    “Kalau kamu mau lagi, mulai sekarang kamu harus ikut apa kata Kakak ya. Sekarang… cepat pulang. Faisal pasti sebentar lagi datang. Ayo sana!”

    Irzan buru-buru membetulkan pakaiannya dan bergegas keluar. Friska mengantarnya keluar dengan senyum nakal.
    Sesudah itu, Irzan dan Friska beberapa kali lagi bertemu berduaan saja, paling sering di rumah Friska sendiri, kalau sedang tak ada orang. Irzan sendiri tetap nongkrong bareng Faisal dan Friska tetap kadang tampil di depan mereka, tapi tidak ada yang tahu hubungan mereka. Yang dilakukan tetap sebatas Friska memasturbasi Irzan, dengan tangan, dan satu kali dengan kaki. Adegan di atas, pada waktu Friska mau menjemput Faisal dengan mobil dan Irzan menemuinya, adalah pertama kalinya Friska memberi oral seks kepada Irzan. Mereka berdua belum pernah berhubungan seks biasa. Walaupun Irzan penasaran dan dia sudah berkali-kali digoda oleh Friska, kakak temannya itu selalu membuatnya tak berdaya dan tak mampu meminta lebih. Namun lama-lama Irzan gemas juga. Makin hari dia makin ingin melampiaskan nafsunya kepada perempuan penggoda itu.
    Kejadiannya pada suatu siang. Irzan bersimbah keringat dingin. Di depannya, Friska akhirnya berhenti meronta dan telentang pasrah. Pergelangan tangannya terikat, wajahnya terlihat gentar.
    “Kamu kenapa gini, Zan… Kenapa kamu giniin Kakak?” tanya Friska.
    Saat itu kakak teman Irzan itu mengenakan babydoll tipis. Irzan mengangkang di atas paha Friska yang terbaring di ranjangnya.

    “Kenapa? Kakak ga pernah berhenti godain aku… Aku sudah ga tahan!” seru Irzan gusar.
    Tangannya menjamah payudara kanan Friska dan meremasnya. “Sekarang Kakak ga bisa ngelarang aku lagi…”
    Tadi, ketika dia baru datang, seperti biasa Friska menggoda dan mempermainkannya… tapi kali ini muncul keberaniannya untuk melawan dan meringkus Friska. Irzan lebih besar dan kuat, jadi tidak sulit untuknya. Dia juga menemukan tali yang dipakainya mengikat kedua pergelangan tangan Friska ke ranjang.

    “Sekarang kita main semauku,” kata Irzan dingin.
    Dia menyingkap baju Friska, mengungkap sepasang payudaranya. Lalu dia sendiri memelorotkan celana dan memamerkan penis ereksinya di depan mata Friska yang melotot.
    “Ayo Kak. Kakak suka kontolku kan?” suruh Irzan.
    Dia merangsek maju, mencengkeram kepala Friska, dan memaksa Friska mengoral kemaluannya.
    “Ah? Afhmmm!!” keluh Friska yang tiba-tiba mesti melahap rudal.
    “Sekarang ayo isep kontolku! Enak kan Kak? Enak?” seru Irzan, puas.
    “Ahpf! Nn!!” Mata Friska sampai berkaca-kaca karena kasarnya sodokan Irzan.

    Tiba-tiba Friska merasa jari-jari Irzan merambah kemaluannya. Mereka berdua cukup sering nonton film porno bersama sehingga Irzan sekarang tahu berbagai macam aksi seks.

    “Kakak dientot bibirnya kok memeknya basah? Suka ya dibegini’in?” tuduh Irzan.
    “Kalau gitu pasti suka minum peju juga kan? HnghhH!!”

    Penis Irzan meledak dalam mulut Friska, menyemburkan cairan peju. Sampai tumpah sebagian keluar, barulah Irzan menarik keluar kejantanannya dari sana.
    “Ehh… Auh…” Friska mengambil nafas.
    Tapi Irzan belum puas, dia melihat ada satu lagi tempat untuk melampiaskan nafsunya.
    “Kak Friska,” kata Irzan,

    “Yang di bawah itu pengen dimasukin juga ya?”
    Dia menarik Friska supaya berposisi duduk lalu pindah ke belakang Friska. Dia sudah cukup sering disuruh-suruh Friska dan dia ingin membalas. Kini tangan kanannya merogoh ke selangkangan Friska dan mencubiti klitoris Friska. Tangan satunya lagi memegangi ikatan tangan Friska agar tak menghalangi.
    “Kalau Kak Friska mau, ayo bilang. Bilang Kak Friska pengen.
    “Oh! Ooh! Ihh!” Friska mengerang-erang keenakan karena klitorisnya dimainkan.
    “Mauuhh… ihh… uhh…” pinta Friska.

    “Bilang yang jelas… Yang keras!” perintah Irzan.
    “Masukin… masukin kontolmu ke memek Kakak…” kata Friska.
    Irzan langsung mendorong Friska sehingga berposisi nungging. Di belakang pantat yang menggoda itu Irzan menahan nafas, memegangi penisnya yang keras… Dia sudah cukup sering menonton di film, sekarang dia akan mencobanya sendiri. Zrepp…Irzan merasakan hangat basahnya liang kewanitaan Friska untuk pertama kali. Perempuan itu merintih-rintih ditusuk kejantanan Irzan dari belakang, dan Irzan memasukinya makin dalam sampai tak bisa maju lagi. Lalu dia mulai menggenjot.
    “Ahn! Ah! Enak…!” Friska jelas-jelas menikmati perlakuan Irzan, biarpun sebenarnya dia dipaksa oleh Irzan. “Dalem banget… zan! Enakh…! Ah!”

    “Kakak suka kan?! Ngentot sama aku enak kan!” kata Irzan dengan gemas sambil dia menancap-nancapkan senjatanya ke liang kenikmatan itu.
    “Ahh! Iyaa! Suka! Suka kontol Irzaann!” Friska sudah menyerahkan tubuhnya untuk diapakan saja oleh teman adiknya itu. “Enak! Nghh! Aduh ga tahan! Mau… mauu…”
    “AA~HHH!!” Jerit panjang Friska dan tubuhnya yang menegang karena orgasme lalu bergetar mengagetkan Irzan, yang kemudian kehilangan kendali juga dan ikut berorgasme di dalam vagina Friska.
    “Hmm!” Friska yang bangkit lebih awal sesudah keduanya ambruk kelelahan, wajahnya terlihat ceria. Irzan bingung.

    “Hihihi, nggak kira kamu bisa kasar juga akhirnya! Tau nggak, enak tuh dientot paksa kayak tadi. Pancinganku berhasil juga,” kata Friska. Irzan bengong.
    Rupanya selama ini Friska memancing-mancing dia supaya dia tak tahan dan berbuat kelewatan.
    “Kapan-kapan kamu harus bisa ganas seperti tadi ya Zan?” kata Friska sambil mencium pipi Irzan dengan genit.
    Irzan cuma bisa melengos. Pada akhirnya dia tetap jadi mainan…
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Cewek pemakai Gelang Kaki Rating: 5 Reviewed By: kawigroup
    Scroll to Top